Thursday, 8 October 2009
Bersabarlah Wahai Saudaraku
Seorang muslim sejati tidak pernah terlepas dari tiga keadaan yang merupakan tanda kebahagiaan, yaitu bila dia mendapat nikmat maka dia bersyukur, bila mendapat cobaan maka dia bersabar dan bila berbuat dosa maka dia beristighfar. Sungguh menakjubkan keadaan seorang muslim. Bagaimanapun keadaannya dia tetap masih bisa menuai pahala.
Betapa Mulianya Sabar
Diantara ketiga keadaan ini datangnya cobaan demi cobaan terkadang membuat hati kita mendongkol, lisan menggerutu dan tangan melayang lempar sana, lempar sini, tonjok kanan tonjok kiri. Lalu apa hasilnya? Ingatlah saudaraku semoga Alloh merahmatimu, sesungguhnya Alloh menjanjikan kebersamaan-Nya yang istimewa bagi orang-orang yang mau bersabar.
Alloh Ta’ala berfirman, “Dan bersabarlah kalian sesunguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar.” (Al Anfal: 46). Inilah kebersamaan khusus yang Alloh janjikan berupa penjagaan, pertolongan dan pembelaan di saat yang dibutuhkan. Bahkan dengan kesabaran jugalah kepemimpinan dalam agama bisa diraih.
Alloh Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah menjadikan pemimpin-pemimpin di kalangan mereka (Bani Isro’il) yang membimbing dengan petunjuk dari Kami tatkala mereka mau bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (As Sajdah: 24). Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Dengan sabar dan yakin itulah akan bisa diraih imamah/kepemimpinan dalam ad dien.”
Dan sifat sabar termasuk salah satu ciri yang melekat pada diri para Rosul manusia-manusia paling mulia di atas muka bumi. Alloh Ta’ala berfirman, “Sungguh para Rosul sebelum engkau (Muhammad) telah didustakan maka mereka pun bersabar terhadap pendustaan itu, dan mereka disakiti hingga tibalah pertolongan Kami.” (Al An’am: 34). Demikianlah betapa agungnya sabar. Sampai-sampai Rosul bersabda, “Sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran.” (Arba’in no. 19)
Pengertian Sabar dan Macam-Macamnya
Sabar adalah menahan jiwa dari mendongkol, menahan lisan dari berkeluh kesah dan marah serta menahan anggota badan dari melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan seperti menampar-nampar pipi atau merobek-robek kerah baju (Al Jadid fi Syarhi Kitab At Tauhid, hlm. 314). Sabar ada tiga macam;
(1) Sabar dalam ketaatan,
(2) Sabar dalam menahan diri dari melakukan kemaksiatan dan
(3) Sabar dalam menghadapi takdir Alloh yang terasa menyakitkan.
Di antara ketiga macam sabar ini, sabar dalam ketaatan adalah macam sabar yang tertinggi. Namun adakalanya bersabar dalam menahan diri dari kemaksiatan justeru lebih berat daripada bersabar dalam ketaatan.
Syaikh Al Utsaimin menjelaskan, Seperti misalnya cobaan yang menimpa seorang laki-laki berupa godaan wanita cantik yang mengajaknya untuk berzina di tempat sunyi yang tidak diketahui siapapun selain Alloh, sementara laki-laki ini masih muda dan memendam syahwat dalam dirinya. Maka bersabar agar tidak terjatuh dalam maksiat seperti ini menjadi lebih sulit bagi jiwanya. Bisa jadi mengerjakan sholat seratus rokaat itu lebih ringan baginya daripada harus menghadapi beratnya ujian semacam ini. (Al Qoulul Mufid, Syaikh Al Utsaimin)
Alloh Ta’ala berfirman, “Alloh mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imron: 146). Ujian demi ujian hendaknya justeru menempa kepribadian kita agar menjadi hamba yang semakin dicintai oleh Alloh Ta’ala, yang bersyukur bila mendapat nikmat, bertaubat bila berdosa dan bersabar dalam ketaatan, dalam menghindari maksiat dan tatkala menghadapi musibah. Wallohul musta’aan.
Monday, 5 October 2009
PATAHAN LEMBANG MENYIMPAN ANCAMAN
PATAHAN LEMBANG MENYIMPAN ANCAMAN
Friday, 17 July 2009 14:51
Potensi Bencana
Minggu pagi, 24 September 2000. Warga Bandung dikejutkan gempa bumi berkekuatan kurang dari lima pada skala Richter. Gempa itu merobohkan beberapa rumah di Gegerkalong (Kota Bandung) dan Lembang (Kab. Bandung Barat). Gempa itu tak urung menimbulkan kepanikan warga. Wajar jika warga khawatir, belum pernah terjadi gempa bumi besar di cekungan Bandung. Gempa bumi besar yang pernah tercatat terjadi pada 1910 di Padalarang.
Beberapa analisis ilmiah menyebutkan, potensi gempa bumi yang merusak terletak pada jalur patahan yang aktif. Salah satu patahan yang dikhawatirkan menimbulkan bencana besar adalah Patahan Lembang. Prediksi ilmuwan menyebut, jika Sesar Lembang aktif kembali, diperkirakan mampu mengakibatkan gempa bumi hingga berkekuatan 6,9 hingga 7 pada skala Richter di Kota Bandung.
Bukannya hendak mendahului takdir, bagaimana kalau bencana yang diprediksi itu benar-benar terjadi? Padahal, di lereng-lereng Sesar Lembang, kini telah dipadati penduduk. Tidak hanya itu, di sana juga mulai menjamur tempat-tempat hiburan yang menjadi tujuan wisatawan dari berbagai penjuru nusantara.
Bayangkan jika Patahan Lembang bergerak kembali? Bagaimana jika suatu saat jalur sesar itu bergeser kembali? Gempa bumi sebesar apa yang akan melanda kawasan itu? Berapa jiwa yang terancam jiwanya? Apa yang terjadi dengan lereng-lereng yang menjulang itu?
**
LANTAS, apa yang bisa dilakukan? Bermigrasi segera? Itu bukan jawaban yang tepat. Sebab, setiap tempat memiliki tingkat kerawanan bencana tersendiri. Mitigasi, itulah yang diperlukan.
Budi Brahmantyo dari Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) mengatakan, mitigasi merupakan upaya untuk meminimalkan risiko bencana alam. Dan, itulah yang harus segera dimulai. Apalagi, hingga saat ini tidak ada alat yang bisa memprediksi kapan bencana terjadi. Yang diharapkan dari mitigasi adalah, "Begitu merasakan adanya gerakan, masyarakat sudah tahu langkah apa yang harus diambil."
Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana memiliki pengetahuan cukup mengenai mitigasi. "Tentu tidak ada yang menginginkan terjadinya bencana," katanya.
Ya, soal mitigasi, barangkali masyarakat tidak bisa hanya bertumpu kepada pemerintah. Pada banyak bencana, korban yang jatuh sangat banyak. Satuan koordinasi pelaksana bencana alam baru bergerak ketika bencana sudah mengakibatkan korban. Harus diakui, soal mitigasi ini masih lemah. Bandingkan saja dengan Jepang yang juga memiliki potensi gempa yang besar. Namun, kesiapan mitigasinya "berhasil" meminimalkan jumlah korban yang jatuh saat bencana terjadi.
"Oleh karena itu, seharusnya semua orang mengenali kota tempat tinggalnya. Dengan demikian, mereka bisa mengenali potensinya pula, termasuk potensi bencananya," kata Budi.
Hal senada disampaikan oleh T. Bachtiar dari Masyarakat Geografi Indonesia. Mengenali bentang alam tempat yang didiami akan memudahkan masyarakat memahami pentingnya mitigasi. "Sehingga, ketika bencana itu terjadi, masyarakat tidak panik," katanya.
**
BACHTIAR menyebut contoh sederhana sebagai salah satu bukti ketidaksiapan Kota Bandung dan sekitarnya dalam mitigasi. Bangunan-bangunan, seperti mal, hotel, dan sebagainya, tak menyediakan petunjuk jalur-jalur evakuasi ketika sewaktu-waktu bencana terjadi. Paling banter, mereka menyediakan tangga darurat.
"Menurut kami, minimal, di setiap gedung harus ada denah. Denah itu menunjukkan jalur evakuasi apabila terjadi sesuatu. Dengan denah itu, setiap orang tahu di mana tempatnya saat ini. Mereka juga akan tahu jalur mana yang harus ditempuh untuk mengevakuasi dirinya," tutur Bachtiar. Denah tersebut, utamanya, penting bagi tempat-tempat wisata serta hotel-hotel. Mengingat di sana banyak wisatawan yang belum familiar dengan tempat yang sedang dikunjungi.
Bachtiar menjelaskan, seharusnya, pemerintah harus mulai membuat prosedur tetap (protap) yang ditempuh saat terjadi bencana. Protap tersebut berbeda-beda bagi setiap unsur masyarakat. "Protap untuk warga biasa berbeda dengan protap ketua RT/RW, polisi, juga pemda. Jadi, ketika bencana terjadi, semua unsur masyarakat itu bisa bergerak sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hal semacam itu yang saat ini belum ada," katanya.
Langkah lainnya, soal mitigasi ini bisa dimasukkan pada pelajaran sekolah. "Kalau sekarang, guru geografi otomatis sudah memberikan. Tetapi, bagaimana dengan yang lain," kata Bachtiar.
**
DENGAN potensi bencana yang dimilikinya, kata Budi Brahmantyo, Kota Bandung seharusnya menjadi pelopor dalam hal mitigasi tersebut. "Bisa menjadi contoh untuk kota-kota yang lain," ujarnya.
Ia mengatakan, menanamkan pentingnya mitigasi bisa ditempuh melalui geowisata. Dengan itu, masyarakat akan mengenal lebih jauh kondisi alam daerahnya. "Potensi apa yang tersimpan di balik keindahan alam itu," katanya. Jika sudah mengenali alam, pikiran untuk merusak alam tentu tidak akan terlintas.
Manusia tak akan pernah tahu kapan alam akan menggeliat lalu menimbulkan bencana. Maka, berkarib-kariblah dengan alam. (Catur Ratna Wulandari/"PR") ***
Sumber: Harian Pikiran Rakyat, Jum'at 17 Juli 2009
Sunday, 4 October 2009
Saturday, 3 October 2009
Tajikistan akan Membangun Masjid Terbesar di Dunia
Tajikistan akan Membangun Masjid Terbesar di Dunia
dakwatuna.com – Kairo. Menatap untuk menjadi pusat budaya dan sejarah terbesar di Asia Tengah dan di dunia, Tajikistan berencana membangun salah satu masjid terbesar di dunia.
“Masjid ini diharapkan menampung sekitar 150.000 orang,” kata seorang juru bicara Presiden Tajik dalam siaran pers yang dikutip oleh situs The Financial pada hari Senin (28/9).
“Konstruksinya diharapkan akan dimulai di Dushanbe pada bulan Oktober.”
Didanai oleh negara Teluk Qatar dan Uni Emirat Arab, masjid akan siap pada tahun 2014.
Dengan mencerminkan arsitektur tradisional Tajikistan, masjid akan dibangun pada areal seluas 7,5 hektar di tengah-tengah ibukota Dushanbe.
“Masjid akan dihiasi dengan sebuah menara megah, 7 kolom yang dilukis, mencitrakan tujuh tahap Allah SWT menciptakan dunia dan tujuh gerbang ke surga, serta waduk air dan air mancur, mencerminkan hubungan Tajikistan sebagai negara air murni,” kata juru bicara.
Tempat ibadah Muslim ini juga akan dibangun sebuah aula konferensi untuk pertemuan tingkat tinggi.
Juga akan memiliki sebuah museum dan perpustakaan.
Mega proyek ini juga mencakup pembangunan Universitas Islam selain masjid.
Tajikistan, salah satu dari lima negara Asia Tengah bekas Uni Soviet, memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1991.
Muslim merupakan hampir 90 persen dari 7,2 juta penduduk Tajikistan, menurut CIA factbook. (iol/hdn)